Sewaktu Bodhisatta sedang merenungkan Sepuluh Kesempurnaan, Màra membuat rencana, “Dengan menembakkan sembilan jenis peluru. Aku akan memaksa Pangeran Siddhattha untuk melarikan diri.”
1. Pertama, ia melepaskan pusaran angin kencang. Tiba-tiba, angin timur, angin barat, angin selatan, dan angin utara bertiup kencang; dan meskipun angin ini mampu meruntuhkan puncak gunung yang berukuran setengah yojanà, satu yojanà, dua atau tiga yojanà, dan mampu mencabut pohon-pohon dan semak belukar di dalam hutan; dan mampu menghancurkan desa-desa dan kota-kota di sekitar sana, namun tidak mampu mendekati Bodhisatta dan bahkan tidak mampu menggerakkan ujung jubah-Nya karena keagungan dan kekuatan kebajikan Bodhisatta.
2. Dengan penuh harapan Màra berpikir:”Saat ini, Petapa Gotama pasti telah terbang tertiup oleh peluru, seperti yang kutembakkan dan menghantam gunung ‘Cakkavala’ dan hancur berkeping-keping.” Ia menjadi gusar melihat Bodhisatta duduk seperti semula, tidak tergoyahkan, tegak bagaikan tiang pintu gerbang. Kemudian ia merencanakan; “Aku akan membunuh-Nya dengan menenggelamkan-Nya di dalam arus air yang mengalir kencang.” Ia menciptakan awan mendung dalam sekejap dan hujan deras turun dengan segera.
Bumi ini berubah menjadi lembah karena tekanan hujan yang diciptakan oleh Dewa Màra. Saat banjir ini, setelah mengikis dan menghanyutkan hutan-hutan, bukit, dan pohon-pohon, namun setelah mendekati Buddha, air ini tidak mampu membasahi bahkan sehelai benang pun dari jubah Bodhisatta; ia mengubah arah aliran-Nya dan mengalir ke tempat lain tanpa menyentuh Bodhisatta.
3. Menyaksikan fenomena ini, Màra merencanakan, “Aku akan mengubah Pangeran Siddhattha ini menjadi debu dengan menghujaninya dengan batu,” dan menciptakan hujan batu. Batu-batu berukuran sangat besar berjatuhan dari angkasa sebesar puncak gunung yang besar, sehingga menyebabkan kabut debu di mana-mana; namun begitu mendekati Bodhisatta, batu-batu ini berubah menjadi karangan bunga surgawi dan bola-bola bunga.
4. Setelah itu, dengan pikiran, “Aku akan menyebabkan kematian bagi Pangeran Siddhattha ini, aku akan membunuh-Nya, dan mengalahkan-Nya,” Ia melepaskan hujan senjata.
Segala jenis lain-lain yang memancarkan asap dan api, datang dan melayang dari angkasa hanya untuk berubah menjadi karangan bunga, dan lain-lain, di sekeliling pohon Mahàbodhi.
5. Meskipun Màra berpikir, “Pangeran Siddhattha akan menjadi seperti tumpukan daging cincang,” Ia terkejut ketika melihat bahwa Pangeran Siddhattha tetap duduk seperti semula tanpa terganggu sedikit pun bagaikan gunung berlian besar. Jadi sekali lagi ia menciptakan hujan batu-batu yang menyala terbakar. Batu-batu menyala itu jatuh berkobar namun segera berubah menjadi bunga melati, dan lain-lain sewaktu mendekati Bodhisatta.
6. Setelah itu, Màra menciptakan hujan abu panas. Abu yang sangat panas bagaikan api turun dari langit namun berubah menjadi bubuk cendana sewaktu mencapai kaki Bodhisatta.
7. Lagi, ia menciptakan hujan pasir panas. Pasir dalam bentuk bubuk yang sangat halus turun dari angkasa dan jatuh di kaki Bodhisatta menjadi bunga-bunga surgawi.
8. Setelah itu, ia menciptakan hujan lumpur panas. Lumpur panas dengan kepulan asap dan api yang berkobar-kobar dari angkasa jatuh di kaki Bodhisatta setelah berubah menjadi pasta wangi-wangian surgawi.
9. Setelah itu, ia menciptakan kabut gelap dengan niat, “Aku akan membuat Pangeran Siddhattha melarikan diri dengan menakut-nakuti-Nya dengan kabut kegelapan.” Kegelapan yang diciptakan Màra bagaikan kegelapan yang dihasilkan oleh empat faktor yaitu: malam bulan muda, dengan langit yang ditutupi awan, di tengah-tengah hutan belantara, namun begitu mendekati Bodhisatta, kabut ini menghilang seperti kegelapan yang sirna dengan munculnya cahaya matahari.
(Di sini, mengetahui bahwa Màra menciptakan awan kegelapan, Bodhisatta memancarkan sinar dari tubuh-Nya yang berukuran seperti bulu-bulu badan-Nya. Harus dipahami, jaringan sinar-sinar inilah yang menghancurkan kegelapan total yang diciptakan oleh Màra dan yang menghasilkan cahaya gilang gemilang.)
Selanjutnya===>>>
<<<===Sebelumnya
salam ceria...
0 komentar:
Posting Komentar