Sebelum Beliau melepaskan keduniawian dengan meninggalkan kehidupan rumah tangga, Bodhisatta melakukan empat kali kunjungan ke taman kerajaan. Dalam kunjungannya ke taman kerajaan dengan mengendarai kereta yang ditarik oleh kuda berdarah murni pada hari purnama di bulan âsàëha (Juni-Juli) di tahun 96 Mahà Era, Beliau melihat pertanda pertama, seorang tua. Melihat pertanda ini, Beliau menyingkirkan kesombongan yang ditimbulkan oleh kebahagiaan usia muda (yobbana manna).
Kemudian, ketika Bodhisatta berkunjung lagi ke taman kerajaan seperti sebelumnya pada hari purnama di bulan Kattikà (Oktober-November). Dalam perjalanan itu Beliau melihat pertanda kedua, orang sakit, melihat pertanda ini, Beliau menyingkirkan kesombongan yang ditimbulkan oleh kebahagiaan karena memperoleh kesehatan (àrogya màna).
Kemudian, ketika Bodhisatta berkunjung lagi ke taman kerajaan seperti sebelumnya pada hari purnama di bulan Phagguna (Februari-Maret). Dalam perjalanan itu Beliau melihat pertanda ketiga, orang mati, melihat pertanda ini, Beliau menyingkirkan kesombongan yang ditimbulkan oleh kebahagiaan karena memperoleh kehidupan (jivita màna).
Kemudian lagi, pada hari purnama di bulan Âsàlha, tahun 67 Mahà Era, Bodhisatta mengunjungi taman kerajaan lagi. Dalam perjalanan itu Beliau melihat pertanda keempat, seorang petapa. Pemandangan ini menyadarkan-Nya akan hidup bertapa, dan bertekad, “Aku akan menjadi petapa hari ini juga,” Beliau melanjutkan perjalanan-Nya menuju taman kerajaan pada hari itu.
Dari empat pertanda yang telah dijelaskan, tiga yang pertama disebut samvega nimitta, yang memunculkan desakan perasaan religius. Karena, jika kelahiran terjadi, pasti terjadi ketuaan, sakit, dan kematian. Karena munculnya kelahiran, muncul pula usia tua, sakit, dan kematian.
Tidak mungkin lari dari usia tua, sakit, dan kematian bagi mereka yang terlahir. Bagi mereka yang melihat fenomena ini sebagai sesuatu yang bahaya yang menakutkan, kejam, dan mengerikan, mereka akan memunculkan penyebab bagi munculnya rasa takut dan peringatan dalam diri mereka. Pertanda terakhir, seorang petapa, adalah perwujudan yang bertujuan untuk mendorong praktik Dhamma, sebagai jalan untuk terhindar dari bahaya-bahaya yang disebutkan sebelumnya, yaitu: usia tua, sakit, dan kematian. Oleh karena itu disebut padhana nimitta, pertanda yang memunculkan usaha.
Selanjutnya===>>>
<<<===Sebelumnya
salam ceria...
0 komentar:
Posting Komentar