Pada waktu itu, Sakka, raja dewa melihat rambut Bodhisatta dengan mata-dewanya; dan mengambilnya bersama dengan mahkotanya dengan menggunakan sebuah peti permata, berukuran satu yojanà, dan membawanya ke Surga Tàvatimsa. Ia kemudian menyimpannya di dalam Cetiya Culàmani yang didirikannya dan dihias dengan tujuh jenis batu permata. Cetiya itu tingginya tiga yojanà.
menjadi petapa dengan perlengkapan yang dipersembahkan oleh brahma ghatikara
Selanjutnya, Bodhisatta merenungkan, “Busana-Ku ini buatan Negeri Kàsi yang sangat mahal. Tidak sesuai untuk seorang petapa.” Kemudian Brahmà Ghatikàra, yang merupakan sahabat-Nya sewaktu dalam kehidupan-Nya pada masa kehidupan Buddha Kassapa merenungkan melalui Mettà-nya yang mulia yang telah ada selama buddhantara kappa.
“Ah, hari ini sahabatku Bodhisatta, melihat bahaya dalam fenomena menyedihkan seperti kelahiran, dan lain-lain telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dalam kemuliaan, melepaskan keduniawian Mahàbhinikkhamana. Aku akan pergi, membawakan perlengkapan bertapa untuk sahabatku, Bodhisatta Pangeran.” Demikianlah ia membawakan delapan perlengkapan yaitu,
(1) sebuah jubah besar,
(2) sebuah jubah atas yang disebut ekacci,
(3) sebuah jubah bawah,
(4) sebuah korset (empat kebutuhan yang melekat di badan),
(5) sebuah jarum dan benang,
(6) sebuah pisau yang digunakan untuk menyerut kayu pembersih gigi,
(7) sebuah mangkuk dan wadahnya,
(8) sebuah saringan air, (empat perlengkapan yang tidak melekat di badan) dan kemudian menyerahkannya kepada Bodhisatta.
Selanjutnya Bodhisatta telah berpenampilan seperti seorang petapa setelah mengenakan jubah-Nya dengan baik—jubah yang dapat disebut sebagai sebuah spanduk Arahatta-Phala dan yang dipersembahkan oleh brahmà. Kemudian Beliau melemparkan busana-Nya (busana orang biasa) ke angkasa.
cetiya dussa didirikan di alam brahma akanittha
Brahmà Ghatikàra menangkap busana Bodhisatta yang dilemparkan ke angkasa; dan mendirikan sebuah cetiya, berukuran dua belas yojanà dan berhiaskan berbagai macam permata tempat ia menyimpan pakaian tersebut dengan penuh hormat. Karena cetiya itu berisi busana, maka disebut Cetiya Dussa.
channa pulang ke kota
Setelah menjadi petapa, Bodhisatta menyuruh Channa, “Channa sahabat-Ku, sampaikan pesan ini kepada ‘ibu-Ku’ (maksudnya: ibu angkat-Nya Mahàpajapati Gotamã) dan ayah-Ku bahwa Aku dalam kondisi sehat.” Kemudian Channa, setelah bersujud dengan penuh hormat kepada Bodhisatta dan mengelilingi-Nya, mengambil buntalan berisi perhiasan Bodhisatta, membawa kudanya dan pergi.
kanthaka terlahir kembali sebagai dewa setelah meninggal dunia
Karena mendengarkan percakapan antara Bodhisatta dengan Channa, kuda Kanthaka menjadi sangat sedih dengan pikiran, “Mulai saat ini aku tidak akan dapat melihat tuanku lagi.” Setelah ia menghilang dari pandangan Bodhisatta, ia tidak dapat menahan kesedihannya yang timbul karena berpisah dengan seseorang yang dicintainya ‘piyehi vippayoga’, sewaktu ia meninggalkan Bodhisatta yang sangat disayanginya.
Ia meninggal dunia karena patah hati dan terlahir kembali di Surga Tàvatimsa sebagai dewa bernama Kanthaka. Sedangkan Channa, pertama-tama ia bersedih karena berpisah dengan Bodhisatta, kemudian kesedihannya bertambah karena meninggalnya Kanthaka. Tertekan oleh penderitaan ganda, ia pulang ke Kota Kapilavatthu dengan air mata berlinang, menangis.
Selanjutnya===>>>
<<<===Sebelumnya
salam ceria...
0 komentar:
Posting Komentar