Demikianlah, mereka bertiga memiliki keinginan yang sama. Bahkan jika gerbang utama tidak terbuka, mereka akan menjalani rencananya masing-masing. Namun demikian, berkat kebajikan dan kumpulan jasa-jasa dan keagungan Bodhisatta mulia, para dewa yang menjaga pintu gerbang kota dengan gembira membiarkan pintu gerbang tersebut tetap terbuka bagi Bodhisatta untuk keluar.
Begitu Bodhisatta keluar dari pintu gerbang kota disertai pendamping kelahirannya Channa, Màra Vasavatti yang tidak senang dan selalu menentang dan menghalangi Pembebasan makhluk-makhluk dari lingkaran kelahiran turun ke alam manusia dari Surga Paranimmitavasavatti dalam sekejap, secepat seorang bertenaga besar merentangkan tangannya yang terlipat atau melipat tangannya yang terentang, muncul di depan Bodhisatta.
Maksudnya adalah untuk menghalang-halangi Bodhisatta dari rencana-Nya untuk melepaskan keduniawian dengan menipunya untuk memercayai bahwa pencegahan ini adalah demi kebaikan Pangeran sendiri. Dari angkasa, ia mengucapkan:
“O Bodhisatta Pangeran yang sangat bersemangat, jangan pergi melepaskan keduniawian menjadi petapa. Pada hari ketujuh dari sekarang, Roda Pusaka Surgawi akan muncul untuk-Mu.”
Ia juga menghalang-halangi Bodhisatta dengan mengatakan, “Engkau akan menjadi raja dunia yang memerintah empat benua besar yang dikelilingi oleh dua ribu pulau kecil. Kembalilah, Yang Mulia.” Bodhisatta Pangeran menjawab, “Siapakah engkau, yang berbicara pada-Ku dan menghalang-halangi-Ku?” Dewa Màra menjawab, “Yang Mulia, aku adalah Màra Vasavatti.” Kemudian Bodhisatta menjawab dengan tegas:
“O Màra yang sangat kuat, Aku sudah tahu bahkan sebelum engkau katakan, bahwa Roda Pusaka akan muncul untuk-Ku. Namun, Aku sama sekali tidak berkeinginan untuk menjadi raja dunia, yang memerintah empat benua, pergilah engkau, O Màra, dari sini; jangan menghalang-halangi-Ku.”
“Bagi-Ku, Aku akan berusaha untuk menjadi Buddha untuk menolong dan mengantarkan makhluk-makhluk, yang telah siap untuk mendengarkan Dhamma (veneyya), menuju tanah kemenangan Nibbàna, menyebabkan sepuluh ribu alam berputar bagaikan roda tembikar.”
Lalu, Màra menakut-nakuti Bodhisatta dengan kata-kata berikut, “O kawan, Pangeran Siddhattha, ingatlah kata-kata-Mu itu. Mulai saat ini, aku akan membuat-Mu mengenalku dengan baik, ketika pikiran-Mu dipenuhi oleh nafsu-nafsu indria (kàma vitakka), kebencian (vyàpàda vitakka), dan kekejaman (vihiÿsà vitakka).”
Dan, sejak saat itu, ia selalu mencari-cari peluang di mana kotoran batin (kilesa) berkesempatan muncul dalam batin Bodhisatta, mengikutinya dari dekat bagaikan bayangan selama tujuh tahun. (Ia mengikuti di belakang Bodhisatta selama tujuh tahun dengan tujuan untuk membunuh-Nya di tempat itu juga ketika kotoran muncul dalam batin Bodhisatta).
Selanjutnya===>>>
<<<===Sebelumnya
salam ceria...
0 komentar:
Posting Komentar