Rabu, 11 Juli 2012

Menaklukan Vasavatti Mara


Ketika Bodhisatta duduk di atas tempat duduk-Nya, aparàjita, yang tidak terlihat, di bawah pohon Bodhi, untuk menembus Sabbannuta Nàna, Sakka datang untuk memberikan penghormatan dan berdiri sambil meniup kulit kerang Vijayuttara. (Kulit kerang ini panjangnya 120 lengan dan ketika ditiup, suaranya baru menghilang setelah empat bulan).

Dewa Pancasikha datang untuk memberikan hormat dan memainkan harpa Beluva. Dewa Suyama berdiri dan mengebutkan pengusir serangga dari ekor yak, Dewa Santusita berdiri mengibaskan kipas berhiaskan batu delima, dan Brahmà Sahampati berdiri memegang payung putih sepanjang tiga yojanà.

Nàga Kàla tiba bersama delapan puluh ribu penari nàga perempuan dan berdiri memberi hormat dengan menyanyikan bait-bait pujian-pujian kepada Bodhisatta. Semua dewa dan brahmà dari sepuluh ribu alam semesta datang memberi hormat dengan mempersembahkan bunga-bungaan, wangi-wangian, dupa, dan menyanyikan ribuan lagu-lagu pujian.

Màra dari Alam Dewa Vasavatti, demi kesenangannya, terus menerus mengikuti Bodhisatta selama enam tahun dukkacariya, menunggu kesempatan saat Bodhisatta berpikiran jahat (micchà vitakka) seperti nafsu-nafsu indria (kàma vitakka), dan lain-lain, namun tidak berhasil menemukan penyimpangan dari pikiran bajik di dalam diri Bodhisatta.

Màra berpikir, “Sekarang, Pangeran Siddhattha telah tiba di pohon Bodhi untuk mencapai Kebuddhaan. Saat ini, Beliau berusaha menjauhkan diri dari wilayah kekuasaanku (di tiga alam manusia, dewa, dan brahmà); Aku tidak dapat mengalahkannya sehingga Beliau berkesempatan untuk melarikan diri dari tiga alam yang berada di bawah kekuasaanku.”

Dengan pikiran ini, ia pergi ke Alam Dewa Vasavatti dan mengumpulkan prajurit-prajurit mara, dan memerintahkan, “O Prajurit, ubah dirimu menjadi berbagai bentuk-bentuk untuk bertempur, dan masing-masing memegang senjata yang berbeda-beda, dan cepat serang Pangeran Siddhattha seperti banjir besar.”

Ia sendiri, mengikuti mereka dengan menunggangi gajah Girimekhala yang berukuran 150 yojanà dan menciptakan seribu tangan dari tubuhnya, masing-masing memegang senjata yang berbeda-beda Bala tentara Màra yang mendekati Bodhisatta berjumlah sangat besar, barisannya mencapai dua belas yojanà di depan Màra, dua belas yojanà di sebelah kanan Màra, dua belas yojanà di sebelah kiri Màra, sembilan yojanà di atas Màra, dan di belakang mencapai hingga ujung dari sepuluh ribu alam semesta.

Suara-suara yang menakutkan yang mengintimidasi, teriakan-teriakan dan sorak-sorai dari pasukan Màra dapat terdengar hingga sejauh seribu yojanà, bagaikan bunyi yang berasal dari bumi yang membelah. Màra yang memegang seribu senjata dengan seribu tangannya, dan prajuritnya yang tidak terhitung banyaknya yang masing-masing memegang senjata yang berbeda-beda. Mengubah wujud mereka ke dalam bentuk yang sangat menakutkan, mendekati Bodhisatta untuk mengalahkan dan menghancurkan-Nya.

Ketika bala tentara Màra sedang mendekati pohon Mahàbodhi. Tidak satu pun dewa yang dipimpin oleh Sakka yang datang untuk memberi penghormatan kepada Bodhisatta yang mampu menahan mereka; mereka lari tunggang langgang, Sakka lari dengan terompet kulit kerang Vijayuttara di punggungnya dan tetap berdiri di ujung sepuluh ribu alam semesta.

Mahàbrahmà juga mencampakkan payung putihnya di tepi alam semesta, dan kembali ke alamnya; raja nàga juga, meninggalkan para penari nàganya dan masuk ke dalam tanah, pergi ke istana nàga yang disebut Manjerika, berukuran lima ratus yojanà, dan tidur dengan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya; tidak ada satu pun dewa dan brahmà yang berani berada di dekat-dekat Bodhisatta dan pohon Mahàbodhi. Pada waktu itu, Bodhisatta tetap duduk sendirian bagaikan brahmà yang menyendiri di dalam istananya.

Selanjutnya===>>>
<<<===Sebelumnya

salam ceria...

0 komentar:

Posting Komentar

maaf sxlg maaf © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute