Selasa, 10 Juli 2012

Boddhisatta Belajar Pada Alara Kalama


Ketika Raja Bimbisàra yang bijaksana kembali ke Kota Ràjagaha, Bodhisatta melakukan perjalanan untuk mencari kebahagiaan Nibbàna yang disebut Santivara (kedamaia tertinggi); dalam perjalanan tersebut Beliau tiba di tempat kediaman seorang guru agama, bernama Alàra dari suku Kàlàma.

Sesampainya di tempat kediaman Alàra, si pemimpin aliran, Bodhisatta mengajukan permohonan, “O Sahabat, engkau yang berasal dari suku Kàlàma, Aku ingin menjalani kehidupan suci sesuai caramu.” Alâra mengabulkan permohonan itu dengan mengucapkan kata-kata dukungan yang tulus, “O Sahabat mulia, mari bergabung bersama kami! Dengan cara yang kami jalani, seseorang yang tekun akan dapat memahami pandangan gurunya dalam waktu singkat dan dapat mempertahankan kebahagiaan.”

Setelah diterima oleh Alàra, Bodhisatta dengan rajin memelajari ajaran baru tersebut. Sebagai seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi, Bodhisatta dapat dengan mudah mempelajari dan mempraktikkan ajaran Alàra. Hanya dengan mengulangi kata-kata guru-Nya dengan sedikit gerakan bibir, Bodhisatta mencapai tahap di mana Beliau dapat mengatakan, “Aku telah mengerti!” Ia membuat pernyataan, “Aku telah mengerti! Aku telah melihat ajarannya!” dan pemimpin aliran beserta siswa-siswa lainnya menerima pernyataan-Nya.

Sehubungan dengan ajaran Alàra mengenai latihan yang menghasilkan pencapaian Akincnnàyatana (Lokiya) Jhàna, Beliau mengetahui bahwa, “Pemimpin aliran Alàra tentu berlatih tidak sekadar mengandalkan keyakinan tanpa disertai kebijaksanaan, namun guru ini pasti seorang yang telah menembus tujuh pencapaian Lokiya.” Kemudian Beliau mendekati guru dan bertanya, “O Sahabat Kàlàma, seberapa jauh engkau dapat mengatakan bahwa engkau telah benar-benar menembus ajaran-ajaran yang engkau ajarkan?” Alàra menjawab bahwa ia telah memiliki pengetahuan praktik (bukan teori) dengan menjelaskan bagaimana mencapai tujuh pencapaian hingga âki¤ca¤¤àyatana Jhàna.

Selanjutnya, Bodhisatta berpikir, “Bukan hanya pemimpin aliran âlàra yang memiliki keyakinan yang kuat untuk mencapai Jhàna; Aku juga memiliki keyakinan yang kuat untuk mencapai Jhàna. Bukan hanya ia yang memiliki usaha, perhatian, konsentrasi, dan kebijaksanaan yang kuat untuk mencapai Appanà Jhàna.

Aku juga memiliki usaha, perhatian, konsentrasi, dan kebijaksanaan yang kuat untuk mencapai Appanà Jhàna; Alàra berkata bahwa ia telah menembus tujuh Lokiya Jhàna hingga tingkat Akincannàyatana dengan Abhinnà dan berdiam di sana penuh kebahagiaan. Sebaiknya, Aku juga harus berusaha mencapai tujuh pencapaian Lokiya Jhàna seperti dia.”

Demikianlah dengan pikiran seperti ini, Beliau berusaha keras berlatih kasina parikamma, dan dalam dua atau tiga hari Beliau berhasil menembus tujuh pencapaian lokiya hingga tingkat Akincannàyatana Jhàna dan berdiam penuh kebahagiaan di sana sama seperti Guru Alàra.

Kemudian Bodhisatta mendatangi guru âëàra dan bertanya, “Sahabat Kàlàma, Seperti inikah yang engkau maksudkan dengan tujuh Lokiya Jhàna dan Abhinnà yang telah engkau capai dan berdiam di sana penuh kebahagiaan?”

Ketika Alàra memberikan jawaban menyetujui, Bodhisatta memberitahukan, “Sahabat, Aku juga telah mencapai tujuh Lokiya Jhàna hingga tingkat âki¤ca¤¤àyatana Jhàna dengan Abhinnà dan berdiam di sana penuh kebahagiaan.”

Sebagai seorang mulia yang telah bebas dari noda batin iri hati (issà) dan sifat egois (micchariya), Alàra pemimpin aliran berkata dengan penuh kegembiraan, “Kami telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri seorang petapa yang sangat cerdas seperti diri-Mu. Adalah keuntungan besar bagi kami, Sahabat!” Setelah itu, Alara menyerahkan separuh pengikutnya kepada Petapa Gotama, Boddhisatta kita, dan meminta Boddhisatta untuk bersama-sama dengan dia memimpin aliran petapaan tersebut.

Sang Boddhisatta meninggalkan gurunya Alara Kalama karena melihat cacat dari pencapaian Lokiya jhana

Setelah berusaha dan berhasil mencapai tujuh Lokiya Jhàna, karena Beliau memang telah memperoleh Jhàna dalam kehidupan-kehidupan lampau-Nya dan karena Beliau memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, Bodhisatta kemudian merenungkan sifat-sifat dari pencapaian ini dalam kehidupan-Nya saat ini dan manfaatnya untuk kehidupan mendatang.

Beliau mengetahui benar sifat dari pencapaian tujuh tingkat Jhàna ini hingga tingkat âkincannàyatana Jhàna dalam kehidupan ini dan kelahiran kembali di Alam Brahmà âkincannàyatana setelah meninggal dunia. Beliau sampai pada kesimpulan bahwa tujuh Lokiya Jhàna ini masih berada dalam lingkaran penderitaan (vattha dukkha).

Beliau juga merenungkan dalam-dalam, “Kelompok pencapaian-pencapaian ini tidak dapat mengakhiri lingkaran penderitaan; pelepasan; untuk melenyapkan kotoran batin seperti nafsu (ràga), dan lain-lain, untuk memadamkan semua kotoran-kotoran ini, untuk mengetahui semua yang harus diketahui, untuk mencapai pengetahuan mengenai Empat Jalan, untuk menembus Nibbàna.

Sebenarnya, tujuh pencapaian ini hanya menghasilkan Alam Brahmà âki¤ca¤¤àyatana di mana umur kehidupan adalah selama enam puluh ribu mahàkappa, namun tidak menghasilkan yang lebih tinggi dari itu. Alam Brahmà âki¤ca¤¤àyatana yang tertinggi hanyalah sebuah alam yang belum terbebaskan dari bahaya kelahiran, usia tua, dan kematian. Sebenarnya hanyalah sebuah wilayah yang masih berada dalam kekuasaan raja kematian.”

Selanjutnya===>>>
<<<===Sebelumnya

salam ceria...

0 komentar:

Posting Komentar

maaf sxlg maaf © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute