Kamis, 12 Juli 2012

1 Minggu di Bawah Pohon Banyan Ajapala


Setelah menghabiskan empat minggu (dua puluh delapan hari) di dekat pohon Mahàbodhi, pada minggu kelima, Buddha berjalan menuju pohon banyan ajapàla yang terletak di sebelah timur pohon Mahàbodhi dan tinggal selama tujuh hari di bawah pohon tersebut, merenungkan Dhamma dan tenggelam dalam Phala Samàpatti. (Pohon banyan ini disebut ajapàla karena pohon ini merupakan tempat berkumpulnya para gembala. Ajapàla nigrodha, pohon banyan di mana para gembala berteduh di bawahnya).

Pada waktu itu, seorang brahmana yang tidak diketahui nama dan sukunya, yang terlihat kasar dan angkuh, mendekati Buddha dan berbincang-bincang dengan Buddha. Setelah saling menyapa, si brahmana (kasar) berdiri di suatu tempat dan bertanya kepada Buddha:

“Yang Mulia Gotama, kebajikan apa yang membuat seorang brahmana menjadi brahmana yang sesungguhnya di dunia ini? Apa yang diperlukan untuk menjadi seorang yang mulia?”

Di sini, si brahmana kasar tidak akan dapat menembus Empat Kebenaran Mulia bahkan jika Buddha mengajarkannya. Benar bahwa mereka yang mendengar bait-bait Dhamma dari Buddha sebelum Buddha mengajarkan khotbah Dhammacakka akan beruntung hanya karena mendapat kesan pada batinnya, seperti dua pedagang bersaudara Tapussa dan Bhallika; tetapi mereka tidak akan dapat mencapai Jalan dan Buahnya melalui penembusan Empat Kebenaran Mulia.

sekadar Dhamma bagi hal-hal yang alami (Sarattha Dipani òãkà). Karena si brahmana kasar tidak dapat menyerap Dhamma (bukan seorang yang dapat melihat Empat Kebenaran), Buddha tidak mengajarkan Dhamma kepadanya. Tetapi, memahami maksud pertanyaan si brahmana, Buddha mengucapkan bait berikut:

“Seorang Arahanta yang disebut brahmana adalah ia yang telah menyingkirkan semua kejahatan; ia bebas dari segala kekerasan dan kekasaran; ia bebas dari noda kotoran batin; ia berusaha untuk mengembangkan meditasi; atau ia memiliki pikiran yang terkendali oleh moralitas; atau ia telah mencapai Nibbàna, lenyapnya secara total kelompok-kelompok batin dengan penembusan Empat Magga ¥àõa; atau ia telah mencapai tingkat Arahatta-Phala, puncak dari Empat Magga Nàna.

Ia mempraktikkan latihan mulia Jalan menuju Nibbàna. Di dunia ini, di mana segalanya timbul dan lenyap, tidak ada satu pun dari lima kejahatan yang muncul (ussadà) dari salah satu objek indrianya, yaitu nafsu (rag’ussada), kebencian (dos’ussada), kebodohan (moh’ussada), kesombongan (man’ussada), pandangan salah (ditth’ussada). Arahanta tersebut disebut brahmana yang dengan berani mengatakan, “Sungguh benar, Aku adalah seorang brahmana sejati!”

(Apa yang dimaksudkan di sini adalah: Seseorang yang memiliki tujuh kebajikan layak disebut brahmana:
(1) bebas dari kejahatan,
(2) bebas dari kekerasan dan kekasaran,
(3) bebas dari noda kotoran batin,
(4) pengendalian diri melalui moralitas,
(5) pencapaian Nibbàna,
(6) telah menjalani praktik mulia Jalan,
(7) tidak munculnya lima kejahatan (ussada).

Selanjutnya===>>>
<<<===Sebelumnya

salam ceria...

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mantapz bossku...lanjutkan...

Posting Komentar

maaf sxlg maaf © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute