Kamis, 12 Juli 2012

Mara Mengaku Kalah


Màra telah mengikuti Buddha selama tujuh tahun untuk mencari kesempatan menemukan kesalahan Buddha, namun ia tidak mendapat kesempatan sedikit pun untuk melakukannya. Oleh karena itu ia mendekati Buddha ketika Buddha berdiam di bawah pohon banyan ajapala dan berkata:

“O Petapa Gotama, apakah Engkau termenung di dalam hutan ini karena Engkau diliputi kesedihan? Apakah Engkau mengalami kehilangan kekayaan bernilai ratusan ribu? Atau, apakah Engkau termenung di sini karena Engkau menginginkan kekayaan bernilai ratusan ribu? Atau, apakah Engkau termenung di dalam hutan ini karena telah melakukan kejahatan berat di sebuah desa atau kota dan tidak berani bertemu orang lain? Mengapa Engkau tidak bergaul dengan orang lain? Engkau sama sekali tidak memiliki teman!”

Buddha menjawab:

“O Màra, Aku telah mencabut dan menghancurkan semua penyebab kesedihan, Aku tidak melakukan kejahatan yang terkecil sekalipun; karena terbebas dari segala kekhawatiran, Aku tenggelam dalam dua Jhàna. Aku telah memotong keinginan akan kelahiran (bhavatanhà); Aku tidak memiliki kemelekatan apa pun; Aku tetap berbahagia dalam dua bentuk Jhàna. (Tidak seperti yang engkau pikirkan, Aku bukan datang ke sini karena kesedihan yang disebabkan oleh kehilangan kekayaan, atau karena keserakahan.)”

Màra berkata lagi:

“O Petapa Gotama, di dunia ini, beberapa orang dan petapa melekat kepada objek-objek kekayaannya seperti emas dan perak, dan objek kebutuhannya seperti jubah, dan lain-lain, dan berkata, “Ini milikku.” Jika batin-Mu melekat, seperti orang-orang dan petapa ini terhadap emas dan perak, dan lain-lain, terhadap jubah, dan lain-lain, Engkau tidak akan pernah dapat melarikan diri dari wilayah kekuasaanku di tiga alam.”

Buddha menjawab:

“O Màra, Aku tidak memiliki kemelekatan terhadap semua objek-objek kekayaan seperti emas, perak, dan lain-lain, dan terhadap objek kebutuhan seperti jubah, dan lain-lain, dan berkata “Ini milikku,” tidak seperti orang lain, Aku bukanlah seorang yang berkata “Ini milikku.” “O Màra, anggaplah Aku sebagai seorang yang demikian!, karena Aku telah meninggalkan tiga alam kehidupan, engkau tidak akan menemukan jejak-Ku di wilayah kekuasaanmu di tiga alam kehidupan (bhava), empat jenis kelahiran (yoni), lima bagian (gati), dan sembilan alam makhluk berperasaan.”

Màra berkata lagi:

“O Petapa Gotama, jika Engkau telah menemukan jalan menuju Nibbàna, pergilah sendiri. Mengapa Engkau ingin mengajarkannya kepada orang lain?”
Kemudian Buddha berkata:
“O Marà, (Sekeras apa pun engkau berusaha menghalangi Aku) Aku akan tetap mengajarkan kepada makhluk lain Jalan Benar menuju Nibbàna, jika Aku diminta untuk mengajarkan Jalan Benar dan Nibbàna, bebas dari kematian oleh dewa, manusia, dan brahmà, yang ingin mencapai Nibbàna, pantai seberang.”

Ketika berkata demikian, Màra, yang menjadi kehilangan akal bagaikan kepiting yang cangkangnya dipecahkan oleh anak-anak desa mengucapkan bait berikut (dan mengaku kalah):

“Buddha, bernama Gotama, keturunan raja besar terpilih (Mahàsammata)! (Sebuah perumpamaan bagaikan) burung gagak bodoh kelaparan melompat di delapan penjuru, mengelilingi sebutir batu yang mirip sebongkah lemak dan mencoba merobeknya dengan paruhnya, karena ia berpikir bahwa ia akan memperoleh lemak dan daging yang lembut dan rasanya pasti sangat lezat.”

“Tidak berhasil mendapatkan kelezatan batu itu, burung gagak bodoh itu pergi. Bagaikan burung gagak bodoh itu, karena gagal menikmati sedikit pun kelezatan meskipun ia telah berusaha merobek batu yang mirip sebongkah lemak tersebut, kami menyerah, merasa sedih, sangat sedih, dan hampir patah hati, karena tidak berhasil memperoleh apa pun yang diharapkan setelah mengganggu, menyakiti, dan menghalangi Engkau, Yang Mulia.”

Selanjutnya===>>>
<<<===Sebelumnya

salam ceria...

0 komentar:

Posting Komentar

maaf sxlg maaf © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute