Senin, 09 Juli 2012

Seruan Gembira Kissà Gotami


Sang Bodhisatta memasuki kota raja Kapilavatthu, mengendarai kereta diiringi oleh banyak pengikut dengan keagungan seorang raja. Saat memasuki kota raja, seorang putri Sakya bernama Kisà Gotami yang memiliki kecantikan dan daya tarik, yang bukan berasal dari keturunan yang rendah namun dari silsilah keluarga yang tinggi, menyaksikan fisik (rupakàya) Bodhisatta Pangeran dari teras istananya, dan merasa berbahagia, dan mengungkapkan perasaan gembiranya sebagai berikut:

Nibbutà nåna sà màta
Nibbutà nåna so pità
Nibbutà nåna sà nàri
Yassà’yaÿ idiso pati

Kedamaian dan kebahagiaan bagi batin seorang ibu yang telah melahirkan putra seperti itu yang memiliki keagungan bagaikan matahari terbit, putra luar biasa dari keturunan mulia, sangat tampan, gagah, cerdas. Merenungkan dengan saksama dua sifat dan ketampanan dari putranya, kegembiraannya setiap hari, akan membawa kedamaian bagi batinnya.

Kedamaian dan kebahagiaan bagi batin seorang ayah yang telah membesarkan putra seperti itu yang memiliki keagungan bagaikan matahari terbit, putra luar biasa dari keturunan mulia, sangat tampan, gagah, cerdas. Merenungkan dengan saksama dua sifat dan ketampanan dari putranya, kegembiraannya setiap hari, akan membawa kedamaian bagi batinnya.

Kedamaian dan kebahagiaan bagi batin seorang perempuan yang beruntung dapat menjadi istri dari suami seperti itu yang memiliki keagungan bagaikan matahari terbit, suami luar biasa dari keturunan mulia, sangat tampan, jantan, gagah, cerdas. Merenungkan dengan saksama dua sifat dan ketampanan dari suaminya, kegembiraannya setiap hari, akan membawa kedamaian bagi batinnya.

Mendengar ungkapan kegembiraan dari putri Sakya, Kisà Gotami, Bodhisatta Pangeran merenungkan, “Saudara sepupu-Ku, putri Sakya, Kisà Gotami, telah mengucapkan kata-kata gembira karena melihat pribadi yang seperti ini (attabhàva) yang membawa kegembiraan dan kedamaian kepada ibu, ayah, dan istri.

Tetapi, bila telah padam, apakah yang akan membawa kedamaian sejati bagi batin?” Kemudian Bodhisatta, yang batin-Nya telah terbebas dari kotoran (kilesa), mengetahui, “Kedamaian sejati akan muncul hanya jika api nafsu (ràga) dipadamkan; kedamaian sejati akan muncul hanya jika api kebencian (dosa) dipadamkan; kedamaian sejati akan muncul hanya jika api kebodohan (moha) dipadamkan; kedamaian sejati akan muncul hanya jika panasnya kotoran seperti keangkuhan (màna), pandangan salah (diññhi), dan lain-lain disingkirkan.

Putri Kisà Gotamã telah mengucapkan kata-kata indah tentang kedamaian. Dan, Aku yang akan mencari Nibbàna, kebenaran tertinggi, pemadaman yang sebenarnya dari segala penderitaan. Bahkan hari ini juga, Aku harus melepaskan keduniawian dengan menjadi petapa di dalam hutan untuk mencari Nibbàna, Kebenaran sejati.”

Dengan pikiran untuk melepaskan keduniawian yang muncul terus-menerus dalam diri-Nya, Bodhisatta Pangeran berkata, “Kalung mutiara ini akan menjadi imbalan bagi ajaran yang diberikan oleh Putri Kisà Gotami yang mengingatkan-Ku untuk mencari unsur pemadaman, Nibbuti,” melepas kalung mutiara-Nya yang bernilai satu lakh dari leher-Nya dan mengirimkannya kepada Kisà Gotami. Putri sangat gembira dan berpikir, “Sepupuku, Pangeran Siddhattha, telah mengirimkan hadiah untukku karena pikirannya tertuju padaku.”

Sang Bodhisatta Pangeran pergi menuju istana tempat tinggal-Nya yang megah, indah, dan menakjubkan sebagai tempat tinggal yang nyaman, dan berbaring di dipan istana-Nya. Saat Beliau berbaring, semua palayan perempuan serta para gadis penari yang memiliki kecantikan bagaikan bidadari dan memiliki kulit yang bersih yang memiliki kemampuan menyanyi, menari, dan bermain musik, berkumpul di sekeliling-Nya dengan lima jenis alat musik di tangan mereka dan mulai bermain musik, menari serta menyanyi, untuk memberikan lima kenikmatan indria. Tetapi, karena merasa muak dan letih dengan kegiatan tersebut yang dapat mengobarkan api kotoran batin-Nya, Ia tidak lagi dapat menikmati hiburan berupa nyanyian, tarian, dan musik, Beliau jatuh tertidur pada saat itu juga.

Pada saat Bodhisatta Pangeran tertidur, para pelayan istana perempuan dan para penari berpikir, “Kami menari, menyanyi, dan bermain musik untuk Pangeran; tetapi Beliau tertidur. Untuk apa kami melelahkan diri?” Dan mereka juga tidur dengan alat musik tertimpa di bawah tubuh mereka. Lampu minyak yang mengeluarkan bau harum terus menyala di dalam istana emas memberikan cahayanya yang cemerlang.

Selanjutnya===>>>
<<<===Sebelumnya

salam ceria...

0 komentar:

Posting Komentar

maaf sxlg maaf © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute