Jumat, 25 November 2011

Bodhisattva Manjusri

Agama Buddha menganggap bahwa sumber dari semua penderitaan dalam kehidupan manusia adalah Kesesatan (Tidak bisa sepenuhnya melihat kebenaran sejati dari suatu masalah / benda). Untuk mengatasi kesesatan ini, harus mengandalkan kearifan / kebijaksanaan.


Wen Shu Pu Sa {Hok Kian = Bun Cu Pho Sat} adalah perwujudan dari kebijaksanaan. Oleh sebab itu, walaupun beliau bukan tokoh dalam sejarah, tapi karena beliau bisa menampilkan ciri khas dari ideologi agama Buddha secara jelas & nyata, maka kedudukannya dalam agama Buddha sangat tinggi. Beliau adalah Bodhisatva pertama yang disebut dalam kitab-kitab suci. Bahkan ada kitab suci tertentu yang menyatakan bahwa Wen Shu Pu Sa adalah guru dari semua Buddha pada 3 masa kehidupan.

Wen Shu Pu Sa disebut juga Wen Shu Shi Li (baca: Wen Su Se Li), diterjemahkan secara bebas menjadi Miao Ji Xiang (Keberuntungan Yang Mukjizat), Fa Wang Zi (Putra Raja Dharma), dsb. Wen Shu Pu Sa yang mewakili kebijaksanaan, & Pu Xian Pu Sa yang mewakili Budi Pekerti, di kelenteng-kelenteng di Tiongkok & Jepang seringkali ditampilkan di samping Sang Buddha Sakyamuni.

Manjusri adalah Bodhisatva Kebijaksanaan & Pengetahuan, & dianggap sejajar dengan Bodhisatva Avalokitesvara atau Guan Yin Pu Sa {Kwan Im Pho Sat} yang merupakan Bodhisatva Welas Asih. Manjusri dalam bahasa Sansekerta berarti “Keagungan Yang Lemah Lembut”. Orang Tionghoa menganggap Manjusri adalah Bodhisatva yang memberi penerangan & kebijaksanaan bagi siapa saja yang giat menjalankan Dharma.

Tempat suci Bun Cu Pho Sat adalah di Gunung Wu Tai Shan, propinsi Shan Xi. Di tempat ini Bun Cu Pho Sat sering menampakkan kemukjizatannya. Gunung Wu Tai Shan ini adalah salah satu dari 4 gunung suci Buddhisme di Tiongkok, & menjadi tempat berkumpul para penganut Bun Cu Pho Sat.

Walaupun untuk mencapai puncak Wu Tai Shan harus melalui perjalanan yang sulit & berliku-liku. Mereka ingin merasakan suatu ketentraman bathin dengan mencapai kelenteng Wen Shu Pu Sa yang berada di puncak gunung tersebut.

Ada banyak kesaksian tentang penampakan sinar-sinar ajaib yang disaksikan oleh banyak umat di puncak gunung suci tersebut. Oleh orang awam mungkin hal ini dianggap sebagai “hallusinasi” dari mereka yang mengalami kelelahan karena mendaki gunung tersebut.

Namun harus diingat bahwa orang-orang yang naik ke sana umumnya adalah mereka yang ingin mencari “Kebijaksanaan”, & mereka telah menjalani meditasi dengan tekun, sehingga mempunyai pikiran yang tidak akan mudah goyah atau tidak stabil, atau mudah terpengaruh oleh gejala-gejala yang dapat menimbulkan hallusinasi tersebut.

Bentuk Bun Cu Pho Sat yang paling sering dilihat adalah tangan kanan memegang pedang mestika, tangan kiri memegang gulungan kitab suci, menunggang seekor singa berbulu hijau. Pedang mestika melambangkan kearifan yang dapat memutuskan semua kilesa (kegelisahan bathin).

Gulungan kitab suci melambangkan kearifan yang seperti lautan & menuntun umat manusia memasuki gudang kitab suci. Singa yang ditunggangi dihargai sebagai Raja Hewan, & disebut juga Auman Singa, menyebarkan Dharma Buddha. Maka Bun Cu Pho Sat menunggang singa mengandung arti mengembangkan Buddha Dharma & menyelamatkan umat manusia.

Dalam kisah Miao Shan, singa hijau Wen Shu Pu Sa diceritakan sebagai penjelmaan Dewa Api, sedangkan gajah putih Pu Xian Pu Sa adalah Dewa Air. Kedua Dewa ini menangkap rombongan Raja Miao Zhuang yang akan berziarah ke Xiang Shan, tempat Miao Shan. Kemudian keduanya ditaklukan oleh para Panglima Langit.

Setelah Miao Shan menjadi Bodhisatva, kedua kakak perempuannya juga diangkat mendampinginya. Miao Shu (dalam versi yang lain disebut sebagai Miao Qing) diangkat sebagai Wen Shu Pu Sa & Miao Yin diangkat sebagai Pu Xian Pu Sa. Walaupun Wen Shu Pu Sa & Pu Xian Pu Sa berasal dari India, akhirnya mempunyai bentuk Tionghoa 100 %.

Kelenteng yang khusus untuk menghormati Bun Cu Pho Sat jarang ada, kecuali yang di Wu Tai Shan tersebut. Namun arca-arcanya banyak terlihat di kelenteng-kelenteng yang bercorak Buddhisme. Bun Cu Pho Sat sering ditampilkan dalam bentuk 3 Serangkai bersama dengan Buddha Sakyamuni & Pho Hian Pho Sat. Atau bersama dengan Kwan Im Pho Sat & Pho Hian Pho Sat.

Dalam bentuk 3 Serangkai dengan Kwan Im, biasanya Bun Cu Pho Sat & Pho Hian Pho Sat ditampilkan dalam wujud wanita. Kwan Im sebagai lambang Maha Pengasih & Penyayang, Bun Cu melambangkan kebijaksanaan, Pho Hian sebagai lambang pelaksanaan cinta kasih. Ketiganya merupakan kesempurnaan dari ajaran Buddhisme.

Hari lahir Wen Shu Pu Sa diperingati setiap tanggal 4 bulan 4 Imlek, & diperingati secara khusus setiap tahun oleh umat Buddhisme Zen.

salam ceria...

0 komentar:

Posting Komentar

maaf sxlg maaf © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute