Minggu, 20 November 2011

ANANDA

Ananda adalah seorang bhikkhu muda dan tampan dan ini memberinya banyak kesulitan. suatu hari, ia mengumpulkan dana makanan di Savatthi dan pada perjalanan kembali ia melihat sebuah sumur. seorang gadis petani sedang mengambil air dari sumur itu. Ananda merasa haus, maka ia meminta air dari gadis itu.


Gadis itu mengenali bhikkhu muda di hadapannya adalah Ananda. dengan malu ia berkata, “Yang Mulia! aku adalah seorang petani rendah yang tidak layak menpersembahkan sesuatu untukmu.”

Ketika Ananda mendengar hal ini, ia menghiburnya, “Nona! aku adalah seorang bhikkhu dan aku setara terhadap orang kaya maupun miskin!”
Gadis itu sangat tertarik pda penampilan Ananda dan tutur-katanya yg lembut. ia bahkan berkhayal untuk menikahinya. pada kenyataannya Ananda juga tidak dapat melupakan gadis itu!

keesokan harinya, ketika ia melewati rumah si gadis, gadis itu tersenyum dan mengenalinya. Ananda mulai kebingungan. akan tetapi, pada saat itu ia ingat bahwa ia adalah seorang bhikkhu yang harus mentaati peraturan. ia merenungkan Sang Buddha, kekuatanNya meliputi dirinya. Ananda seketika memperoleh kebijaksanaan, seolah-olah Sang Buddha berubah menjadi angin dan menuntunnya kembali ke vihara Jetavana.


Pada hari ke dua, Ananda menenangkan dirinya kemudian pergi ke kota untuk menerima dana makanan. Gadis muda itu mengenakan pakaian baru dan penataan rambut yang baru. ia berdiri di jalan menunggu Ananda. ketika ia melihat Ananad, ia mengikutinya dan menolak melepaskannya. Ananda menjadi gugup dan tidak berdaya. ia kembali ke vihara dan memberitahukan segalanya pada Sang Buddha. Sang Buddha menyuruhnya untuk membawa gadis itu menemui Beliau.

Ketika gadis itu mendengar bahwa Sang Buddha ingin bertemu dengannya, ia terkejut namun untuk mendapatkan Ananda, ia memberanikan diri menemui Sang Buddha. ketika melihatnya Sang Buddha berkata, “Ananda adalah seorang bhikkhu yang sedang berlatih, untuk menjadi istrinya engkau harus meninggalkan rumah dan menjadi bhikkhuni selama setahun, bersediakah engkau?”

“Sesuai aturanku, meninggalkan rumah memerlukan persetujuan dari orang tua, dapatkah engkau menjemput orang tuamu untuk memperoleh persetujuannya?”
Sang Buddha tidak mempersulitnya. kondisinya bukan tidak memungkinkan dan gadis itu segera pulang ke rumah untuk menjemput ibunya. sang ibu dengan sangat gembira menyetujui puterinya menjadi seorang bhikkhuni terlebih dulu sebelum menikahi Ananda.

Demi untuk menjadi istri Ananda, gadis itu dengan gembira mencukur rambutnya dan menjadi seorang bhikkhuni. ia mendengarkan khotbah Sang Buddha dengan penuh semangat dan berlatih sesuai petunjuk Sang Buddha. keinginan dan emosinya menjadi tenang setelah hari demi hari berlalu dan dalam kurang dari setengah tahun, ia menyadari bahwa di masa lalu pengejaran cintanya adalah suatu hal yang memalukan.

Buddha selalu membabarkan bahwa lima bentuk keingainan adalah Dhamma yang kotor dan sumber penderitaan. hanya jika kelima keinginan dibersihkan makan pikiran menjadi murni dan hidup menjadi damai.

Gadis itu menyadari obsesinya pada Ananda adalah kotor dan buruk. ia menyesalinya dan suatu hari, ia bersujud di depan Sang Buddha dan sambil menangis ia menyatakan penyesalannya, “Buddha! aku sadar sekarang, aku tidak akan bodoh lagi seperti sebelumnya. aku sangat bersyukur padaMu. dalam rangka untuk mengalihkan keyakinan orang-orang bodoh seperti kami, Engkau telah berusaha keras memikirkan berbagai cara! mulai sekarang, aku akan menjadi bhikkhu selamanya, mengikuti jejak Sang Buddha sebagai kurir kebenaran.

pengajaran Sang Buddha yang sungguh-sungguh akhirnya menjadikannya sebagai seorang bhikkhuni teladan!

Gadis itu adalah Matanga yang terkenal. dengan mengijinkan seorang gadis petani menjadi seorang bhikkhuni, Buddha menerima banyak kritikan dan pertentangan dari orang-orang karena sistem kasta yang berlaku pada masa itu. akan tetapi, Sang Buddha menganggap keempat kasta adalah setara. insiden ketertarikan Matanga pada penampilan Ananda dan perubahan dari kemalangan menjadi kjebahagiaan telah menjadi persoalan yang sangat menarik bagi komunitas Buddhis dan suatu kisah yang menarik sepanjang masa.

Selama 20 tahun setelah mencapai Penerangan Agung, Sang Buddha belum mempunyai seorang pembantu tetap. Setiap hari secara bergantian bhikkhu Nagasamala, Nagita, Upavana, Sunakkhata, Sagata, Radha, dan Meghiya, dan samanera Cunda membantu dan melayani Sang Bhagava (Buddha), meskipun tidak teratur.


Pada suatu hari dalam khotbah-Nya di Rajagaha, Sang Bhagava menyinggung tentang perlunya ditunjuk seorang pembantu tetap karena merasa usia-Nya yang sudah meningkat. Semua murid utama-Nya yang terdiri dari delapan puluh Arahat, seperti Sariputta dan Mogallana, menawarkan diri untuk menjadi pembantu tetap.

Tetapi semuanya ditolak. Para Arahat kemudian menganjurkan Ananda, yang selama itu diam saja, untuk memohon kepada Sang Bhagava agar dapat diterima menjadi pembantu tetap. Jawaban Ananda dalam hal ini sungguh menarik sekali. Ananda mengatakan, “Kalau Sang Bhagava memang memerlukan Ananda sebagai pembantu tetap, Sang Bhagava boleh mengatakannya.”

Kemudian Sang Buddha berkata, “Ananda, jangan membiarkan orang lain menganjurkan engkau untuk memohon pekerjaan tersebut. Atas kemauan sendiri engkau dapat menjadi pembantu tetap Sang Buddha.”

Baru setelah itulah Ananda menawarkan diri untuk menjadi pembantu tetap asal saja Sang Buddha berkenan meluluskan delapan permintaannya, yaitu untuk menolak empat hal dan meluluskan empat hal lainnya.
Empat hal yang Ananda mohon supaya ditolak adalah :

1. Apabila Sang Buddha menerima pemberian jubah yang bagus, maka jubah itu tidak boleh diberikan kepada Ananda.
2. Kalau Sang Buddha menerima hadiah, maka hadiah tersebut tidak boleh diberikan kepada Ananda.
3. Bahwa Ananda tidak boleh diminta untuk tidur di kamar pribadi Sang Buddha yang harum baunya (Gandhakuti).
4. Kalau Sang Buddha menerima undangan pribadi, maka undangan itu tidak termasuk untuk dirinya.

Ananda mengatakan kalau Sang Buddha melakukan satu dari empat hal yang tersebut di atas, maka orang akan bercerita bahwa Ananda menjadi pembantu tetap karena ingin mendapat jubah bagus, makanan enak, tempat tinggal yang menyenangkan dan agar bisa ikut serta kalau Sang Buddha mendapat undangan.

Empat hal yang Ananda mohon Sang Buddha menerimannya :
1. Kalau Ananda menerima sebuah undangan atas nama Sang Buddha, maka Sang Buddha harus memenuhinya.
2. Kalau ada orang datang dari tempat jauh, supaya ia boleh membawanya menghadap kepada Sang Buddha.
3. Setiap waktu ia diperbolehkan untuk bertanya kepada Sang Buddha, apabila ia merasa ada sesuatu yang diragu-ragukan.
4. Apa pun juga yang Sang Buddha khotbahkan sewaktu ia tidak hadir, supaya Sang Buddha bersedia mengulangnya kembali.

Kalau hal ini tidak diperkenankan, orang akan bertanya-tanya, apa sebenarnya faedah dari pengabdian tersebut. Hanya kalau delapan permohonan ini dikabulkan, ia akan mendapat kepercayaan khalayak ramai dan mereka tahu bahwa Sang Buddha mempunyai kepercayaan besar terhadap dirinya. Setelah Sang Buddha setuju dan memberikan anugerah (Vara) berupa Delapan Hak Istimewa tersebut, maka mulai hari itu Ananda resmi menjadi Buddha-Upatthaka (pembantu tetap Sang Buddha).

Selama 25 tahun lamanya Ananda melayani Sang Buddha, mengikuti-Nya sebagai sebuah bayangan, mengambilkan air, mencuci kaki-Nya, menemani kemana pun Sang Buddha pergi, membersihkan kamar-Nya dan hal-hal lain lagi.

Justru karena hubungan erat inilah, maka Ananda mempunyai kesempatan istimewa untuk mendengarkan semua khotbah Sang Buddha. Dibantu dengan ingatan kuat yang dimilikinya, maka Ananda dapat mengulang semua khotbah Sang Buddha. Karena itu Ananda juga dinamakan Bendahara Dhamma (Dhamma-bhandagarika).

Ananda mencapai tingkat Arahat tiga bulan setelah Sang Buddha mangkat, yaitu pada hari pembukaan Sidang Agung Pertama di Goa Sattapanni, kota Rajagaha yang diketuai oleh Maha Kassapa. Di sidang tersebut, Ananda mengulang khotbah-khotbah (Sutta) Sang Buddha, sedangkan Upali mengulang tata tertib (Vinaya) para bhikkhu dan bhikkhuni.

Patut pula dicatat sebagai jasa Ananda bahwa berkat sokongannya yang kuat, Putri Pajapati berhasil diterima menjadi bhikkhuni oleh Sang Buddha, yang menjadi permulaan berdirinya Sangha Bhikkhuni.

Dan Ananda jugalah, atas perintah Sang Buddha, merancang jubah bhikkhu dengan mengambil contoh sawah-sawah di Magadha.

Ananda meninggal dunia pada usia 120 tahun. Pada hari akan meninggal dunia, Ananda pergi ke tepi Sungai Rohini. yang menjadi perbatasan antara Kapilavatthu dan negara Koliya. Setelah memberikan khotbah kepada para keluarganya yang berkumpul di kedua tepi sungai, Ananda berjalan ke tengah Sungai Rohini dan di situlah dari tubuhnya keluar api yang membakar badan jasmaninya.

Keluarganya di kedua tepi sungai mengumpulkan abu sisa badan jasmaninya, dibagi dua dan kemudian mereka mendirikan dua buah stupa sebagai penghormatan kepada Ananda, satu di Kapilavatthu dan satu lagi di negara Koliya.

Seperti diketahui di halaman muka, Ananda adalah putra tunggal dari Pengeran Sukkhodana, adik Raja Suddhodana.

salam ceria...

0 komentar:

Posting Komentar

maaf sxlg maaf © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute