Karena ini sering dikatakan mengenai Y.A. Sariputta, seorang brahmana yang mempunyai pandangan salah mengatakan bahwa itu karena tidak ada yang mengganggu Sariputta Thera, lalu ia mengumumkan kepada para pengagum Sariputta bahwa ia akan memancing kemarahan Y.A. Sariputta.
Sariputta Thera Pada saat itu, Y.A. Sariputta yang sedang berpindapatta, lewat disana. Brahmana tersebut menghampiri beliau dari belakang dan memukul punggung beliau keras-keras dengan tangannya.
“Apa itu?”, kata Sang Thera, dan tanpa menoleh untuk melihat siapa yang telah menyerangnya, ia meneruskan berjalan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Melihat keluhuran dan ketabahan dari sang Thera yang mulia tersebut, brahmana itu menjadi sangat terkejut dan menyesal. “Oh, betapa luhurnya kualitas Sang Thera!”, kata brahmana itu. Ia berlutut di kaki Y.A. Sariputta, dan berkata, “Maafkan saya, Bhante.”
“Apa yang engkau maksudkan?” tanya Sang Thera.
“Karena ingin menguji kesabaranmu, aku telah memukulmu,” jawab brahmana itu.
“Baiklah, aku memaafkanmu” kata Sang Thera.
“Jika Bhante memaafkanku, sudilah datang dan menerima dana makanan di rumahku.”
Kemudian brahmana itu mengambil patta (mangkuk) Sang Thera, yang diberikan oleh Sang Thera dengan senang hati, mengajak Sang Thera ke rumahnya, dan memberikan dana makanan untuk Sang Thera.
Orang-orang yang melihat pemukulan itu, sangat marah. “Orang itu,” kata mereka, “memukul Thera kita yang mulia, sungguh tak boleh dibiarkan! Kita akan membunuhnya disini sekarang juga.” Sambil membawa gumpalan tanah, tongkat dan batu-batu di tangan mereka, mereka menunggu di depan rumah brahmana itu.
Ketika Sariputta Thera bangkit dari tempat duduknya, beliau meletakkan pattanya di tangan brahmana itu*. Orang-orang yang melihat brahmana itu keluar bersama Sang Thera, berkata, “Bhante, suruhlah brahmana yang memegang pattamu untuk kembali.”
“Apa yang engkau maksudkan, oh perumah tangga?” tanya Sang Thera.
“Brahmana itu telah memukulmu, dan kami akan memberi ganjaran kepadanya”, jawab mereka.
“Apa yang engkau maksudkan? Apakah dia memukulmu, atau memukulku?”, tanya Sang Thera.
“Memukulmu, bhante” jawab mereka.
“Jika ia memukulku, ia telah meminta maaf kepadaku; kalian pulanglah.” Demikian jawab Sang Thera membubarkan kerumunan itu, dan setelah mempersilakan brahmana itu kembali ke rumahnya, Sang Thera kembali menuju ke vihara.
Sore harinya para bhikkhu lain memberitahu Sang Buddha bahwa Y.A. Sariputta telah pergi untuk menerima dana makanan ke rumah seorang brahmana yang telah memukulnya. Lebih lanjut, mereka menduga bahwa brahmana tersebut makin berani dan akan melakukan hal yang sama terhadap para bhikkhu yang lain.
Kepada para bhikkhu tersebut, Sang Buddha menjawab, “Para bhikkhu, seorang brahmana sejati tidak akan memukul brahmana sejati lainnya; hanya orang biasa maupun brahmana biasa yang akan memukul seorang arahat dengan kemarahan dan itikad jahat. Itikad jahat ini akan dilenyapkan oleh seseorang yang telah mencapai tingkat kesucian ketiga, Anagami.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :
Na brāhmaṇassa pahareyya
nāssa muñcetha brāhmaṇo,
dhī brāhmaṇassa hantāraṃ,
tato dhī y’assa muñcati.
nāssa muñcetha brāhmaṇo,
dhī brāhmaṇassa hantāraṃ,
tato dhī y’assa muñcati.
Na brāhmaṇas’ etad akiñci seyyo
yadā nisedho manaso piyehi,
yato yato hiṃsamano nivattati
tato tato sammati-m-eva dukkhaṃ.
yadā nisedho manaso piyehi,
yato yato hiṃsamano nivattati
tato tato sammati-m-eva dukkhaṃ.
Janganlah seseorang memukul brahmana,
juga janganlah brahmana yang dipukul itu menjadi marah kepadanya.
Sungguh memalukan perbuatan orang yang memukul brahmana,
tetapi lebih memalukan lagi adalah brahmana yang
menjadi marah kepada orang yang telah memukulnya.
Tak ada yang lebih baik bagi seorang `brahmana`
selain menarik pikirannya dari hal-hal yang menyenangkan.
Lebih cepat ia dapat menyingkirkan itikad jahat,
maka lebih cepat pula penderitaannya akan berakhir.
selain menarik pikirannya dari hal-hal yang menyenangkan.
Lebih cepat ia dapat menyingkirkan itikad jahat,
maka lebih cepat pula penderitaannya akan berakhir.
salam ceria...
0 komentar:
Posting Komentar