Foto seorang biksu yang sedang beraksi dengan papan luncurnya ini diambil oleh seorang pengunjung Kuil Gunung Emei di Provinsi Sichuan. Kuil ini merupakan salah satu kuil tertua dan paling dihormati di China. Demikian seperti ditulis ananova.com mengutip Huaxi Metropolis News
Foto ini kemudian diposting di internet. Masyarakat China pun heboh menanggapi foto ini. Mereka mengritik biksu ini telah terpengaruh perkembangan zaman.
“Biksu seharusnya hidup dalam ketenangan dan berdoa dengan khusyu,” tulis seorang komentator.
Namun, jubir kuil tersebut menanggapinya dengan santai. “Masyarakat luar tidak tahu kehidupan biksu seperti apa,” ujarnya.
Menurutnya, selama ini masyarakat mendapat gambaran biksu dari tv dan film. Biksu digambarkan selalu berdoa dan berdoa sepanjang hari. Padahal Biksu juga senang berolahraga seperti main bulu tangkis atau tenis meja, jika tidak sedang berdoa.
“Mereka bahkan menggunakan ponsel dan internet untuk mengajarkan agama Buddha. Ini tidak bertentangan dengan ajaran Buddha, tetapi bagian dari semangat Buddha itu,” pungkasnya.
Senin, 01 Oktober 2012
Rabu, 08 Agustus 2012
Ritual Phuket Dari Thailand
Beberapa hari terakhir mata ane agak terpaku dengan foto – foto ritual ” pembersihan diri “ dari pulau Phuket negara Thailand ini.
Karena koran – koran di Belanda, Belgia dan bahkan koran The Sun asal Inggris juga menampilkan gambar ini.
Kalau koran The Sun asal Inggris memuat gambar – gambar ritual “pembersihan diri “ini, biasanya koran yang lain juga memuatnya. Karena The Sun banyak dijadikan nara sumber berbagai penulis berita.
Mungkin sudah banyak koran atau blog yang juga sudah memuat berita ini sebelumnya. Foto yang disajikan lebih mendominasi, dibandingkan dengan tulisan yang disuguhkan. Yang jelas, gambar – gambar ini bukan rekayasa dan bukan akrobat.
Tidak bisa disamakan dengan adegan ” Debus ” asal kota Banten yang merupakan pertunjukan semata. Karena kalau anda sudah membaca rahasia pertunjukan debus, anda justru tidak heran lagi , melainkan bisa ketawa terpingkal – pingkal.
Foto – foto yang dipertunjukan warga Thailand di pulau Phuket ini berkaitan dengan ritual keagamaan asal China. Sebuah ritual pembersihan diri. Berbagai benda tajam ditusukkan dipipi kanan dan kiri.
Tidak sakit ?
Kata sakit hanyalah melekat dengan tubuh jasmaniah. Karena didalam tubuh ditemukan susunan syaraf. Jika susunan saraf ini terganggu, maka seseorang dihadapkan pada rasa kesakitan.
Diberbagai ritual baik yang berbau tradisi semata atau keagamaan, seseorang dihadapkan pada proses pelepasan diri. Dimana manusia rohani menduduki strata yang lebih tinggi dari manusia jasmani.
Seseorang harus bisa melepaskan kedudukan badaniah untuk bisa mencapai keterikatan dengan rohani, dimana kesakita tidak ada. Jika seseorang bisa melakukan ini, maka orang tersebut mempunyai kontrol terhadap rasa kesakitan.
Rasa sakit tetap ada, tetapi bisa dikontrol, dan bahkan bisa dilepasakan. Karena dalam keadaan seperti ini orang tersebut tidak terikat dengan kekuatan badaniah melainkan kekuatan rohani.
salam ceria v14y.413
Senin, 30 Juli 2012
Jangan Terlalu Cepat Menilai
Illustrasi kehidupan yang luar biasa…
Mudah-mudahan sempat dibaca.
Seorang dokter yang sedang bergegas masuk ke dalam ruang operasi…
Ayah dari anak yang akan dioperasi menghampirinya.
“Kenapa lama sekali Anda sampai ke sini? Apa Anda tidak tau, nyawa anak saya terancam jika tidak segera di operasi?”, labrak si ayah.
Dokter itu tersenyum, “Maaf, saya sedang tidak di RS tadi, tapi saya secepatnya ke sini setelah ditelepon pihak RS.”
Lalu ia menuju ruang operasi, setelah beberapa jam ia keluar dengan senyuman di wajahnya. “Syukurlah, keadaan anak Anda kini sudah stabil.”
Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tersebut berkata “Suster akan membantu Anda jika ada yang ingin Anda tanyakan.”
Dokter tersebut berlalu.
“Kenapa dokter itu angkuh sekali? Dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya!”, protes sang ayah berkata kepada suster.
Sambil meneteskan airmata suster menjawab: “Anak dokter tersebut meninggal dalam kecelakaan kemarin sore. Ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya untuk melakukan operasi pada anak Anda. Sekarang anak Anda telah selamat, ia bisa kembali berkabung.”
JANGAN PERNAH TERBURU-BURU MENILAI SESEORANG.
Berusahalah untuk selalu maklumi orang-orang yang berada di sekeliling kita yang mungkin menyimpan cerita kehidupan yang tidak bisa kita bayangkan.
Ada air mata dibalik setiap senyuman…
Ada kasih sayang dibalik setiap amarah…
Ada pengorbanan dibalik setiap ketidakpedulian…
Ada harapan dibalik setiap kesakitan…
Ada kekecewaan dibalik setiap derai tawa…
Semoga illustrasi kehidupan ini bermanfaat agar kita menjadi manusia dengan rasa maklum yang semakin luas dan selalu bersyukur atas buah kamma baik yang telah dirasakan dalam kehidupan ini.
INGAT, kita bukan satu-satunya manusia dengan segudang masalah…
Tersenyumlah ..
Senyum mampu membasuh setiap luka batin …
Maafkanlah…
Maaf mampu menyembuhkan semua rasa sakit dalam batin …
Berbahagialah.
Ia yang memutuskan segala sesuatu dengan tergesa-gesa,
Tidak dapat dikatakan sebagai orang yang adil.
Orang bijaksana hendaknya memeriksa dengan teliti
Mana yang benar dan mana yang salah.
Ia yang mengadili orang lain dengan tidak tergesa-gesa,
Bersikap adil dan tidak berat sebelah,
Yang senantiasa menjaga kebenaran,
Pantas disebut sebagai orang yang adil.
(Dhammapada XIX, 1 dan 2)
salam ceria...
Hidup Melarat Demi Kepentingan Orang Banyak
Sungguh mulia lelaki tua veteran perang di Taiwan ini. Dia rela hidup melarat, makan dan berpakaian seadanya, bahkan tidak memedulikan kesehatannya, demi menabung untuk disumbangkan ke fakir miskin.
Adalah Hong Zhong Hai, kakek 82 tahun yang pernah berlaga di perang saudara China, ditahbiskan masuk ke dalam jajaran 46 orang paling dermawan se-Asia Tenggara versi majalah Forbes. Bukannya tidak beralasan, kendati renta, dia rela berkorban demi kepentingan orang banyak.
Tahun lalu, kakek kelahiran Anhui Huoqiu, China, ini menyumbangkan tabungannya sebesar NT$6 juta atau sekitar Rp. 1,78 miliar pada mereka yang membutuhkan. Ia juga sering membantu menyokong hidup janda kawan-kawannya di medan perang.
Menurut kisah yang diungkapkan Peter Wey, seorang diplomat Taiwan di Jakarta, 7 Juli 2011, Hong tidak pernah merasa cukup menyumbang. Dia berpikir bahwa uang yang sudah dikeluarkannya itu masih belum cukup besar. “Saya ingin hidup lebih lama lagi, sehingga saya bisa memberi lebih,” kata Hong.
Keadaan Hong saat ini telah payah. Dia berjalan menggunakan skuter listrik sejak jatuh dari sepeda pada 2006 dan mengalami cedera tulang belakang pada 2011. Ia juga menderita penyakit pikun atau demensia dan mengalami kesulitan bicara. Namun, jika bicara soal sumbangan, dia bisa menjelaskan panjang lebar.
“Hidup saya sangat sederhana. Saya menghemat untuk diri sendiri, namun bersedia menyumbang.” Kata Hong.
Hong ikut wajib militer menggantikan sang kakak tahun 1945, saat usianya baru 16 tahun dan baru enam bulan menikah. Ia pun terjun dalam perang saudara, perang bom tahun 1958, dan sederet perang lainnya.
Saat pulang kampung untuk pertama kalinya pada 1987, Hong mendapati istrinya telah menikah dengan orang lain. Sejak itu ia tidak menikah lagi dan memilih untuk hidup sendiri. Hong telah pensiun dari dunia militer dan tinggal sendiri di kota Hualien, Taiwan Timur, terpisah dari saudara-saudara kandungnya.
Kehidupannya yang sederhana di rumah ini mencengangkan seorang perawat yang berkunjung ke rumahnya. “Saya melihat handuk yang sudah robek seperti sarang laba-laba, tetapi dia tidak ingin menggantinya. Ada pula sayur kubis yang dimasukan kedalam penanak nasi listrik sampai lunak, bersama ikan kalengan dan roti kukus dimakannya yang selama seminggu. Usai makan ia hanya mengonsumsi empat butir anggur.” ujar si perawat.
Perawat tersebut mengatakan biaya hidup Hong setiap bulan ternyata kurang dari NT$ 1000 (sekitar Rp. 297.000). Sebagian besar uang tunjangan pensiun Hong ditabung untk disumbangkan di kemudian hari.
Pernah ada seorang ibu dan anak yang pernah menerima bantuan Hong, datang dari dusun Xiulin membawa sup ikan untuk Hong sebagai bentuk terima kasih. Ketika menyuapkan sesendok sup kemulutnya, dengan terharu Hong berkata, “Sup ini adalah makanan paling lezat yang pernah saya cicipi.”
Hong menyatakan masih ingin menyumbangkan uangnya untuk membantu lebih banyak orang, namun pihak rumah sakit menyarankan Hong agar menggunakannya untuk kepentingan medisnya.
“Hong Zhong Hai masih membutuhkan perawatan, menyewa perawat sehingga kami menyarankan untuk sementara menyimpan uangnya. Ia sendiri susah berjalan, tetapi tidak bersedia membeli kursi roda listrik,” ujar pihak rumah sakit.
salam ceria...
Katthahari Jataka
Kisah ini diceritakan oleh Sang Bhagava ketika berdiam di Jetavana tentang kisah Vāsabha-Khattiyā, yang akan ditemukan di dalam Buku Kedua Belas dalam Bhaddasāla-Jataka. Tradisi memberitahukan kepada kita bahwa ia adalah putri dari Mahānāma Sakka dengan seorang budak wanita bernama Nāgamuṇḍā, dan bahwa ia kemudian menjadi permaisuri raja Kosala.
Ia mengandung seorang anak lelaki, tetapi raja ketika mengetahui asal-usul permaisurinya yang memiliki ibu seorang budak, menurunkan tahta permaisurinya, dan juga tahta anaknya Viḍūḍabha. Ibu dan anak tidak pernah ke luar istana.
Mendengar hal ini, Buddha pada saat awal fajar datang ke istana ditemani oleh lima ratus bhikkhu, dan sambil duduk di kursi yang telah disiapkan untuknya, Beliau berkata, “Yang Mulia, di mana Vāsabha-Khattiyā?”
Kemudian raja menceritakan apa yang terjadi.
“Yang Mulia, anak siapakah Vāsabha-Khattiyā?”
“Putri Raja Mahānāma, Tuanku.”
“Ketika ia datang kemari, kepada siapakah dia menjadi istri?”
“Bagi saya, Tuanku.”
“Yang Mulia, dia adalah putri raja, pada seorang raja jugalah ia menikah dan untuk seorang raja pula ia melahirkan seorang anak laki-laki.” Oleh karena itu, apakah anak itu tidak memiliki otoritas atas wilayah seperti yang dimiliki ayahnya? Pada jaman dahulu kala, seorang raja yang memiliki seorang putra yang tidak sah tetap memberikan kedaulatan-nya pada anaknya. “
Raja kemudian bertanya pada Sang Bhagava untuk menjelaskan hal ini. Sang Bhagava membuat jelas apa yang telah tersembunyi dari dirinya oleh kelahiran kembali.
Pada suatu waktu Brahmadatta bertahta sebagai raja di Benares. Setelah kehilangan kesenangannya, dia pergi mengembara mencari buah-buahan dan bunga-bunga sampai pada suatu ketika ia berjumpa dengan seorang perempuan yang bernyanyi riang sambil mengambil ranting-ranting di kebun.
Jatuh cinta pada pandangan pertama, raja kemudian menjadi lebih akrab dengannya, dan pada akhirnya Bodhisatta dikandung dalam rahim perempuan tersebut. Merasa tambah berat seakan-akan disambar oleh petir Indra, wanita itu mengetahui bahwa dia akan menjadi seorang ibu dan mengatakan hal itu kepada raja.
Raja memberinya cincin stempel dari jarinya dan memberinya dengan kata-kata berikut ini: – “Jika yang lahir adalah seorang gadis, gunakanlah cincin ini untuk membesarkannya, tetapi jika yang lahir adalah laki-laki, bawalah cincin dan anak itu kepada saya.”
Ketika waktunya tiba, wanita tersebut melahirkan Bodhisatta. Dan ketika Bodhisatta bisa berlari dan bermain di taman bermain, suara teriakan muncul, “Tidak – ayah telah memukul saya!” Mendengar ini, Bodhisatta lari kepada ibunya dan bertanya siapa ayahnya.
“Kamu adalah putra Raja Benares, anakku.”
“Apa bukti yang ada, ibu?”
“Anakku, raja pada saat meninggalkanku memberi ibu cincin stempel ini dan berkata, ‘Jika yang lahir adalah seorang gadis, gunakanlah cincin ini untuk membesarkannya, tetapi jika yang lahir adalah laki-laki, bawalah cincin dan anak itu kepada saya’.”
“Mengapa kemudian ibu tidak membawaku bertemu dengan ayah, ibu? “
Melihat bahwa pikiran anak itu telah mantap, ia membawa anaknya menuju pintu gerbang istana, dan meminta kedatangan mereka diberitahukan kepada raja. Pada saat dipanggil masuk, ia masuk dan membungkuk memberi salam pada rajanya dan berkata, “Ini adalah anakmu, Tuanku.”
Raja cukup tahu bahwa ini adalah kebenaran, tapi malu di depan semua pejabat pengadilan menjawab, “Dia bukan anakku.”
“Tapi di sini adalah cincin stempel Anda, Tuanku; Anda akan mengenali cincin ini.”
“Ini bukan cincin stempel saya.”
Lalu kata wanita itu, “Yang Mulia, saya sekarang tidak memiliki saksi untuk membuktikan kata-kata saya, kecuali kebenaran itu sendiri. Oleh karena itu, jika Anda adalah ayah dari anak saya, saya berdoa agar dia dapat melayang di udara, tetapi jika tidak, maka biarlah ia jatuh ke bumi dan terbunuh.”
Setelah mengatakan hal itu, ia memegang kaki Bodhisatta dan melemparkannya ke udara.
Duduk bersila melayang di udara, Bodhisatta dengan suara merdu mengulangi bait ini kepada ayahnya, yang menyatakan kebenaran: –
Anakmu adalah aku, raja yang besar; peluklah saya, Paduka!
Seorang Raja memeluk orang lain, tetapi memeluk jauh lebih erat anaknya sendiri.
Mendengar kata-kata Bodhisatta mengajarkan kebenaran kepada raja, raja segera mengulurkan tangan dan berseru, “Datanglah padaku, Nak! Tidak ada, tidak ada yang lainnya, tapi aku akan memeluk dan membesarkanmu!”
Seribu tangan terulur untuk menangkap Bodhisatta; tetapi hanya ke tangan raja sajalah Bodhisatta turun sambil duduk di pangkuan raja. Raja mengangkatnya menjadi raja muda, dan mengangkat ibunya menjadi permaisuri. Pada saat kematian ayahnya, ia datang memenuhi tahtanya dengan gelar Raja Kaṭṭhavāhana, dan setelah memerintah kerajaannya dengan benar, meninggal dunia untuk membayar sesuai dengan jasa-jasa kebajikannya.
Pelajarannya kepada raja Kosala berakhir, dan dari dua kisah berbeda di atas, Sang Bhagava membuat pertalian yang menghubungkan keduanya bersama-sama dan mengidentifikasikan kelahiran dengan mengatakan: – “Mahāmāyā adalah ibu dari masa itu, Raja Suddhodana adalah ayah, dan Saya sendiri Raja Kaṭṭhavāhana. “
salam ceria...
Jumat, 20 Juli 2012
Sang Dewa Reksa Arta
Dalam mitologi China, banyak tokoh yang dapat dijadikan panutan bagi pengembangan batin dan moralitas. Tak ada batasan strata maupun gender yang menjadi aral dalam pembentukan karakter bijaksana tersebut, Mereka dapat dari kalangan apa saja, Bangsawan ataupun jelata, Laki-laki maupun perempuan.
Sebab sosok demikian, murni lahir dan berangkat dari sebuah cita luhur. Maka dalam perkembangan zaman, mereka tidak pernah dapat dilupakan oleh rakyat. Menjadi legenda turun-temurun, diteladani dan disanjung setinggi langit. Mereka adalah maharesi yang mengisi dunia ini dengan cinta dan kasih. Mereka adalah manusia-manusia yang diradi Langit. Dan salah satunya adalah Zhao Gong Ming, Sang Dewa Reksa Arta.
Sesungguhnya ada dua sosok Sang Dewa Reksa Arta yang merupakan jelma jelata menjadi totem di Langit. Sosok pertama adalah Dewa Reksa Arta Wu dan yang kedua adalah, Dewa Reksa Arta Wen. Dalam kepercayaan masyarakat Tiongkok kuno, masing-masing ‘dewa’ tersebut memiliki tugas dan tanggung-jawab masing-masing. Pembedaan lainnya adalah, mereka secara ‘jasadi’ memiliki bentuk sosok yang lain di antara masing-masing figur.
Penggambaran Dewa Reksa Arta Wu misalnya, berwajah hitam mengenakan zirah besi khas bentara kekaisaran dengan tangan memegang ‘koin’ tipikal kuna Tionggoan. Ia kerap menunggangi seekor macan hitam sementara tangannya yang lain memegang cemerti sakti. Cikal bakal penembahan Dewa Reksa Arta Wu ini bermuasal dari moralitas dan dedikasi yang telah diaplikasikannya bagi lingkungan rakyat sekitarnya.
Tersebutlah Zhao Gong Ming. Ia merupakan salah satu jelata yang berasal dan lahir di Zhao Nan Shan, Tiongkok. Hampir sepanjang perjalanan semasa kecil dan mudanya, ia berkubang terus-menerus di dalam kemiskinan. Praktis Zhao Gong Ming muda menggantungkan hidupnya dari mengemis belas kasihan orang-orang.
Semua ini demi menghidupi ibunya yang sudah tua dan uzur. Legenda mengungkap bahwa ‘dewata’ di Langit tersentuh oleh baktinya yang demikian besar terhadap ibunya itulah, sehingga kemudian ia diberi anugerah rezeki melimpah. Pada suatu ketika, ketika rundungan kelaparan yang nyaris merenggut nyawa kedua ibu-beranak itu, maka ‘dewata’ menurunkan sebuah ‘mangkuk sakti’ yang dapat menghasilkan harta emas.
Maka, sejak saat itu, Zhao Gong Ming menjadi salah satu orang terkaya di desanya. Berbekal karunia ‘kekayaan’ dari Langit itu pula ia membantu penduduk miskin tanpa berpamrih dan tanpa pandang bulu. Ia menjadi satu-satunya dermawan yang tidak angkuh dan sombong. Ia disayangi oleh rakyat. Dan sejak saat itu pula namanya mulai melegenda.
Namun keberhasilannya senantiasa menangkup bagai jelaga awan hitam di atas langit. Zhao Gong Ming yang berpekerti baik dimusuhi oleh beberapa bangsawan dan saudagar jahat yang menganggapnya telah merenggut popularitas mereka. Simpati penduduk terhadap Zhao Gong Ming yang palamarta pula dianggap sebagai hal yang memalukan bagi mereka yang berstatus sosial tinggi. Sebab sudah turun-temurun keluarga mereka telah menjadi pandega dan pemuka masyarakat.
Maka pada suatu ketika, mereka berkonspirasi untuk melenyapkan nyawa Zhao Gong Ming. Mereka lalu membayar beberapa perewa untuk melakukan aksi tidak berperikemanusiaan tersebut.
Dan dalam sebuah skenario insiden pembunuhan, para perewa tersebut membakar tubuh Zhao Gong Ming sehingga jasadnya hancur mengarang dan wajah insan berbudi luhur itu menghitam—inilah penggambaran mengapa wajah Dewa Reksa Arta Wu Zhao Gong Ming adalah hitam.
Jiwa almarhum Zhao Gong Ming kemudian diangkat ke Nirwana oleh Kaisar Langit, Yi Huang Da Di, dan berangkat dari kebajikan dan kedermawanannya, maka ia dianugerahi sebagai Dewa Reksa Arta Wu.
Ia diberi amanat dan bertugas sebagai pemimpin ‘Asta Reksa Pengrajin Emas dan Perak’, yang melindungi harta para dermawan dari perampok atau saudargar hitam yang bersekutu dengan makhluk autotrop untuk mencuri. Ia pulalah yang mengatur kekayaan insan di dunia sesuai pahala dan budi baik yang mereka lakukan.
Mengemban tugas mulia dari Langit tersebut, Dewa Reksa Arta Wu Zhao Gong Ming diberi seekor macan hitam sebagai kendaraan tunggang yang loyal dan mengikutinya ke mana saja. Ia juga diberikan seekor burung Hong Emas—phoenix—yang dapat menempuh jarak mahapanjang, dan bertugas sebagai infois yang dapat membedakan insan batil maupun bajik.
Dari informasi burung Hong Emas itu pulalah maka ia dapat menimbang ‘pembagian’ harta bagi masing-masing pelaku kebajikan. Semakin besar pahala baik seseorang, maka makin besar pulalah rezeki dan harta yang akan diperolehnya.
Legenda tentang Dewa Reksa Arta Zhao Gong Ming sebenarnya beredar dalam berbagai versi. Namun yang paling populer selain kisah di atas tadi adalah pengisahan dirinya dalam cerita rakyat yang bernama Feng Shen Yan Yi—Kisah Wisesa Widyaiswara Hong Sin.
Tersebutlah seorang pertapa bernama Zhao Gong Ming yang tekun melatih dan mengasah pancacita demi pengembangan kehidupan rakyat yang lebih baik. Ia tulus bersemedi di sebuah gunung bernama Omei.
Pada akhir kekuasaan Dinasti Shang, ia diundang oleh Kaisar Zhou untuk menghadapi Jiang Zi Ya, yang merupakan tokoh penting antipemerintah rival utama Kekaisaran. Mengemban amar dari Sang Kaisar, ketika ia turun gunung untuk mencari Jiang Zi Ya, Zhao Gong Ming dihadang seekor macan berbulu hitam di sebuah hutan kaki gunung.
Pergulatan dengan binatang buas tersebut tak dapat dihindari. Berbekal kesaktiannya sebagai maharesi, maka dengan mudah Zhao Gong Ming dapat menaklukkan sang Macan Hitam itu. Selang berikutnya, ia dapat membudaki macan berbulu hitam tersebut sebagai kendaraan tunggangnya. Sejak saat itulah sang Macan Hitam bertubuh sebesar kuda itu menjadi abdi bagi Zhao Gong Ming.
Akhirnya, bersama sang Macan Hitam, Zhao Gong Ming terus mencecar dan memburu Jiang Zi Ya. Dalam sebuah pertemuan penuh amarah, mereka bertarung sengit. Berbekal cemeti saktinya, Zhao Gong Ming dapat mengalahkan Jiang Zi Ya. Nasib baik masih berpihak kepada Jiang Zi Ya, sebab ia dapat meloloskan dirinya dari sergapan Zhao Gong Ming yang hendak membunuhnya.
Dengan tubuh luka-luka dan berlumuran darah, ia melarikan diri dari cengkeraman sakratulmaut. Jiang Zi Ya yang tengah berputus asa bertemu dengan seorang rahib Tao sakti, yang berasal dari daerah perbukitan Khung Lung. Ia berguru ilmu pada maharesi itu. Dan setelah merasa sudah siap untuk bertarung, maka ia berangkat untuk mencari Zhao Gong Ming.
Suatu ketika mereka bertemu dan bertarung kembali. Dalam pertarungan tersebut, Jiang Zi Ya yang sudah memiliki kesaktian tinggi dapat membunuh Zhao Gong Ming.
Setelah pertarungan itu, alkisah, Jiang Zi Ya yang sesungguhnya seorang jelata berpekerti baik namun kontrapemerintah nan zalim, mendapat karunia dari Langit. Ia diberi kitab ‘Yu Fu Jin’ dari Kaisar Langit yang lebih lazim dikenal sebagai Yuan Shi Tian Cun.
Kitab tersebut merupakan madah sakti yang dapat mengangkat arwah seseorang menjadi ‘dewa’. Memanuti amar dan putusan Langit yang memprioritaskan ‘dewa’ berasal dari manusia berbudi luhur, maka tanpa dilandasi ‘perseteruan’-nya yang pernah terjadi dengan Zhao Gong Ming semasa mendiang masih hidup sebagai manusia, ia mengangkat arwah ‘musuh’-nya itu menjadi ‘Jin Long Ru Yi Zheng Yi Long Hu Xuan Tan Zhen Jun’ atau Dewa Reksa Arta yang memimpin dan mengatur kekayaan manusia pada Dunia Belahan Timur.
Kemudian, tidak lama berselang pada saat bersamaan, Jian Zi Ya pun menitahi Na Zhen Tian Cun Ji Bao, juga dewa bersetarata sama yang berasal dari manusia bajik, memimpin dan mengatur kekayaan manusia di Dunia Belahan Barat. Zhao Cai Shi Zhe Deng Jiu Gong yang bermuasal serupa mereka berdua tadi, memimpin dan mengatur kekayaan manusia di Dunia Belahan Selatan. Dan terakhir adalah, Xian Guan Tao Shao Si. Tugas salah satu dari empat Dewa Reksa Arta ini memimpin dan mengatur kekayaan manusia di Dunia Belahan Utara.
Itulah ihwal empat sosok Dewa Reksa Arta yang ditugasi mengatur kekayaan dan kemakmuran manusia. Kisah yang melegenda tersebut disikapi sebagian masyarakat Tionghoa sebagai pedoman dalam pengembangan pancacita: sebuah pencerahan batin dalam rangka pencapaian kebahagiaan, kemakmuran, kesejahteraan, kekayaan, dan kesehatan. Bersama Jiang Zi Ya, keempat dewa itu kerap disebut Wu Lu Cai Shen atau Dewa Reksa Arta Lima Penjuru.
Dan setiap penanggalan lunar imlek yang jatuh pada tanggal limabelas bulan tiga, masyarakat yang masih turun-temurun mereplikasi kebajikan jelata jelma ‘dewa’ tersebut pasti merayakan seremoni ‘ulangtahun’ yang mengacu pada hari kelahiran Zhao Gong Ming.
Bagi siapa yang membaca blog ini, silahkan berikan komentar khusus untuk mengetahui sejarah dari Zhao Gong Ming yang lebih detil, otentik dan informasi di daerah mana saja ada Vihara Zhao Gong Ming ini.
salam ceria...
Label:
Dewa Dewi
11 Buddha Rupang Paling Terkenal di Dunia
1. Borobudur Buddha
Patung-patung Buddha di Borobudur adalah maha karya dari para seniman kuno Indonesia. Semua patung Buddha disini berada dalam posisi duduk tetapi dengan sikap tangan (mudra) yang berbeda. Dari awalnya terdapat 504 patung Buddha, 300 diantaranya rusak dan 43 hilang (sejak penemuan kembali candi ini, banyak kolektor gelap yang mencuri kepala patung Buddha).
2. Hussain Sagar Buddha
Patung Buddha ini terletak di tengah-tengah sebuah danau buatan di kota Hyderabad, India. Patung ini berdiri setinggi 17 meter dan seberat 320 ton. Ini merupakan patung monolitik terbesar di India, yang dipahat oleh para seniman hanya dari sebongkah batu besar. Tragisnya, pada saat pemasangan patung Buddha pada tahun 1992, patung ini jatuh ke dalam danau dan menyebabkan kematian 8 orang pekerja. Pemerintah kemudian memperbaiki patung dan sekarang menjadi salah satu daya tarik wisatawan di kota Hyderabad.
3. Tian Tan Buddha
Buddha Tian Tan terletak di Pulau Lantau, Hong Kong. Terbuat dari perunggu dan selesai tahun 1993. Patung ini merupakan daya tarik utama dari Vihara Po Lin, yang mensimbolkan harmonisasi antara manusia, alam, masyarakat dan agama.
Patung ini dinamakan Tian Tan karena bagian bawahnya merupakan replika dari Kuil Tian Tan (Kuil Surga) di Beijing. Patung dengan sikap duduk ini memiliki tinggi 34 meter dan mengambil postur yang melambangkan ketenangan.
4. Monywa Buddha
Monywa adalah sebuah kota di tengah Myanmar yang terletak di pinggiran Sungai Chindwin. Disini anda dapat melihat Monywa Buddha – patung Buddha berbaring terbesar di dunia. Patung ini memiliki total panjang 90 meter. Kepala patung ini memiliki tinggi 60 kaki.
Patung Buddha Monywa ini dibuat tahun 1991 dan berlubang didalamnya, sehingga pengunjung bisa masuk ke dalam.
Terdapat pula sebuah patung Buddha berdiri yang dibangun di atas Bukit Po Kaung. Dengan tinggi 132 meter, patung ini menjadi salah satu patung Buddha tertinggi di dunia.
5. Ayutthaya Buddha Head
Kota Ayutthaya di Thailand memiliki salah satu patung Buddha yang tidak biasa di dunia. Di antara reruntuhan Wat Mahathat (Vihara Relik Agung) terdapat sebuah patung yang seluruh badannya telah lenyap oleh waktu dan hanya tersisa kepalanya saja di antara belitan pepohonan. Ini adalah salah satu patung yang sangat indah tercipta oleh berlalunya waktu.
6. Gal Viharaya
Terletak di Sri Lanka, Polonnaruwa merupakan situs salah satu patung Buddha yang paling terkenal di dunia – Gal Viharaya. Vihara batu ini dibuat oleh Parakramabahu Agung di abad 12 Masehi. Di tengah-tengah vihara terdapat 4 patung Buddha berukuran besar. Di antara ke-4 patung Buddha ini adalah sebuah patung Buddha berbaring sepanjang 14 meter dan sebuah patung Buddha berdiri setinggi 7 meter.
7. Ushiku Daibutsu
Ushiku Daibutsu terletak di kota Ushiku, Jepang. Selesai tahun 1995, patung ini merupakan salah satu patung tertinggi di dunia, bediri setinggi 120 meter termasuk 10 meter pondasi dan 10 meter platform berbentuk teratai.
8. Temple of the Reclining Buddha
Terletak di Bangkok, Wat Pho terkenal dengan patung Buddha berbaringnya yang besar. Vihara ini merupakan salah satu vihara terbesar dan tertua di Bangkok, dibangun sekitar 200 tahun setelah Bangkok menjadi ibukota Thailand.
9. Great Buddha of Kamakura
Buddha Agung Kamakura atau dalam bahasa Jepang biasa disebut Daibutsu Kamakura merupakan sebuah patung perunggu monumental dari Amida Buddha (Buddha Amitabha) di kota Kamakura, Jepang.
Patung ini berdiri dengan damai di atas tanah Kotokuin yang merupakan sebuah kuil buddhis aliran Tanah Suci, dan patung Buddha ini menjadi salah satu ikon penting dalam pariwisata dan kehidupan sosial masyarakat Jepang.
Patung setinggi 13,35 meter dan berat 93 ton ini menjadi patung Buddha monumental terbesar kedua di Jepang (yakni setelah patung Buddha di Todaiji, Nara) dan bagi banyak orang, merupakan patung yang paling impresif.
Patung ini dibuat pada tahun 1252 di Kamakura dan pada mulanya berada di dalam kuil, sepertihalnya patung Buddha di Nara. Tetapi karena sebuah tsunami besar yang menghanyutkan semua bangunan dari kayu pada akhir abad ke-15, patung ini tetap dibiarkan berada di alam terbuka.
Patung Buddha Agung ini duduk dengan posisi teratai dan dengan tangan membentuk Dhyani Mudra, pola yang melambangkan konsentrasi/meditasi. Dengan sebuah ekspresi yang damai dan sebuah pemandangan bukit di belakangnya, Daibutsu jelas menawarkan sebuah pemandangan yang spektakular.
Daibutsu sendiri adalah Amida Buddha, yang merupakan fokus dalam ajaran Buddhisme Tanah Suci. Berasal dari Cina, aliran ini memperoleh banyak pengikut di Jepang sejak abad 12 Masehi dan masih sangat popular hingga saat ini.
Inti ajarannya adalah seputar rasa bhakti terhadap Amida Buddha, mengekspresikannya melalui mantra-mantra dan dengan setulus hati, seseorang akan pergi menuju Tanah Suci atau “Surga Barat” setelah kematian – sebuah keadaan yang mana akan mempermudah pencapaian Nirvana.
10. Temple of the Emerald Buddha
Vihara terkenal lain di Bangkok adalah Wat Phra Kaew, Vihara Buddha Zamrud. Di dalam vihara ini terdapat patung Buddha Zamrud, salah satu patung Buddha tertua dan paling terkenal di dunia.
Menurut legenda, patung ini dibuat di India sekitar 43 SM di kota Pataliputra dan berada disana selama 300 tahun. Pada abad ke-4 M, patung ini dibawa ke Sri Lanka oleh para biksu buddhis untuk menyelamatkannya dari peperangan yang terjadi. Kemudian patung ini dibawa ke Thailand dan dipindahkan ke Wat Phra Kaew di tahun 1779.
11. Leshan Giant Buddha
Patung Buddha raksasa Leshan adalah sebuah maha karya umat manusia. Patung Buddha dipahatkan di sebuah lembah yang langsung menghadap ke laut di Sichuan, bagian barat Cina.
Mulai dibuat selama Dinasti Tang tahun 713, patung ini baru selesai tahun 803 (90 tahun) dan melibatkan usaha dari ribuan seniman dan pemahat. Sebagai salah satu patung terbesar di dunia, patung ini juga disebut-sebut dalam puisi, lagu dan cerita.
salam ceria...
Label:
Serba Serbi
Langganan:
Postingan (Atom)
Category
- 8 Dewa (5)
- Buddha (8)
- Devadatta (3)
- Dewa Dewi (14)
- Dewa Shio (9)
- Jataka (19)
- Kisah (32)
- Riwayat Siddharta (68)
- Serba Serbi (3)
Translate
Postingan Populer
-
(1) Beliau bermimpi bahwa Beliau sedang tertidur di atas permukaan tanah, dengan Pegunungan Himalaya sebagai bantalnya, tangan kiri-Nya di ...
-
Kemudian, setelah turun dari tanah manusia, Boddhisatta berdiri tegak di atas kedua kaki-Nya yang seolah-olah mengenakan sepatu emas, dan m...
-
Bersamaan dengan saat kematian Boddhisatta Dewa Setaketu, Siri Mahamaya, permaisuri Raja Suddhodana dari kerajaan Kapilavatthu sedang menik...
-
Setelah mengalami lima mimpi dan menafsirkan sendiri mimpi tersebut, Bodhisatta berkesimpulan:” Pasti Aku akan mencapai Kebuddhaan hari ini...
-
Menurut LEGENDA, Dikatakan bahwa BUDDHA memerintahkan 16 orang ARAHAT untuk menunda parinibbana-nya untuk terus membabarkan dharma dan meno...
-
Nama-nama 1004 Buddha Namo Buddhaya, Karena hari ini merupakan tahun baru Imlek, maka adalah baik untuk membaca serta melafalkan nama-n...
-
DEWA SETAKETU : BODDHISATTA KITA Boddhisatta Dewa Setaketu Setelah melengkapi dirinya dengan Dasa-Paramita ( Sepuluh Kesempurnaan ) pada ...
-
Anathapindika dilahirkan di Savatthi. Ayahnya seorang jutawan yang bernama Sumana. Nama sebenarnya adalah Sudatta, tetapi karena kedermawan...
-
Pada suatu hari, bhikku Angulimala telah melihat seorang wanita sangat menderita karena hendak melahirkan. peristiwa yang mengharukan itu d...
-
Di antara para Sen Ming {Hok Kian: Sin Beng} / Dewata yang dipuja di kelenteng, Kwan Im Hut Co oleh para penganutnya dianggap paling sering ...
Blog Archive
Banner
Banner
Select a website language first. Wählen Sie eine Sprache Webseite zuerst.